Siapa yang tidak mengenal tokoh al-Azhar ini, namanya diabadikan sebagai nama Auditorium di area kampus Universitas al-Azhar. Imam Muhammad Abduh punya peran penting dalam memainkan gerakan pembaharuan Islam pada fase awal kebangkitan Islam.
Banyak Pemikir Islam mencoba menyusun sebuah formula dari Abad berapa seruan pembaharuan islam dimulai, salah satunya adalah Ahmad Amin dalam kitabnya Zu’ama’ Al-Ishlah fi Ashr Al-Hadits. Ahmad Amin merilis 10 tokoh pembaharu yang dimulai dari Sayyid Jamaluddin al-Afghani dan diakhiri oleh Sayyid Rasyid Ridha.
Tokoh pembaharu ini diantaranya dari Mesir: Sayyid Jamaluddin al-Afghani, Imam Muhammad Abduh, Sayyid Rasyid Ridha. Dari Syam, Abdurrahman al-Kawakibi, Syakib Arselan. Dari Maghrib, Khairuddin al-Tunisi, Syekh Tahir ibnu Asyur. Dari India, Muhammad Iqbal, Sayyid Amir Khan.
Ideologi yang dibangun oleh para tokoh pembaharu berporos pada beberapa poin yang kemudian poin-poin tersebut menjadi dasar ideologi seruan kebangkitan Islam. Ideologi gerakan pembaharuan yang kita kenal dengan gerakan pan-islamisme.
Bahkan seruan Jamaluddin al-Afgani sampai menyentuh bumi nusantara. Sebuah surat dari KH.Basuni Imran dari Banjar menuliskan surat kepada Syekh Rasyid Ridha. “Limadza Taakkhoro Muslimuna Wa Taqaddama Goirohum?”
Untuk menjelmakan konsep dan ideologi di atas serta menyuntikkannya ke dalam nalar Umat Islam, sang pelopor kebangkitan Jamaluddin al-Afghani membentuk suatu gerakan underground yang dinamakan Urwatul Wutsqo ketika beliau bermukim di Paris. Gerakan yang lansung diketuai oleh Jamaluddin al-Afghani dan diwakili oleh Muhammad Abduh. Nah, dari sinilah Imam Muhammad Abduh memulai langkah awal menyerukan kebangkitan Islam.
Pada awalnya gerakan ini hanya beranggotakan para tokoh yang terhimpun dalam Hizbu al-Wathon al-Hur yang porak poranda dihantam oleh Kerajaan Mesir karena keterlibatan dalam Revolusi Orabi Tahun 1881, namun gerakan ini mampu menyebar dan menjalar di Timur-Tengah. Maka tidak salah kalau gerakan ini memiliki jaringan yang rapih dan kuat.
Untuk memperkuat jaringannya, Afgani membentuk Majalah Urwatul Wutsqa sebagai lisan dari gerakannya. Melalui majalah ini Afghani dan Abduh mampu menyampaikan ide-ide pembaharuannya kepada para tokoh pembaharu yang tersebar di dunia islam.
Setelah penjajah mampu menyadap penyebaran majalah urwatul wutsqa dan menyadari bahayanya bagi eksistensi gerakan imperialisme barat terhadap dunia islam, maka seketika itu membredelnya dengan penuh arogan.
Sekembalinya ke Mesir, Muhammad Abduh merubah konsep pembaharuannya dari tsaurah (revolusi) ke ishlah (reformasi).
Seketika itu, Abduh melakukan pembaharuan di tiga Lembaga Islam tertinggi di Mesir, pertama al-Azhar, kedua, Mahkamah Hukum Islam, ketiga, Kementrian Agama.
Tapi semua usaha beliau itu mendapatkan tantangan keras baik dari kalangan tradisionalis yang ketika itu mendominasi al-Azhar, atau dari pihak Hudaiwi Taufik dan kaum nasionalis seperti Musthafa Kamil yang menganggapnya loyal kepada penjajah, hingga akhirnya semua berakhir kegagalan.
Kegigihan Imam Muhammad Abduh dalam proyek pembaharuan telah berhasil mengetuk hati Syekh Rasyid Ridha untuk datang ke Mesir berbaiat dan mengabdikan diri kepadanya bersama-sama memperjuangkan proyek kebangkitan itu. Sejak di Thoroblus, Syekh Rasyid Ridha merupakan Ulama yang banyak terpengaruh oleh Majalah Urwatul Wutsqa, beliau banyak menyerap pemikiran kebangkitan dan pembaharuan dari majalah yang didirikan Afghani dan Abduh itu. Oleh karena itu, ide yang beliau ajukan kepada Muhammad Abduh untuk mewujudkan cita-cita kebangkitannya adalah mendirikan suatu majalah yang mampu membangunkan naluri kebangkitan dalam jiwa masyarakat islam, yang ia sebut Majalah al-Manar.
Atas restu Muhammad Abduh, al-Manar pun terbit menggantikan posisi Urwatul Wutsqa yang kemudian menjadi satu-satunya lisan gerakan kebangkitan yang gaungnya menggema dari langit Tunisia sampai ke langit Indonesia. Al-manar menjadi madrasah pembaharuan yang mampu membentuk nalar nalar pada Aktivis Islam pada periode kedua, ketiga dan seterusnya. Meletakkan dasar-dasar kebangkitan, menyuguhkan konsep pembaharuan, menjelaskan bagaimana pandangan islam tentang kemajuan, pembaharuan dan kebangkitan.
Referensi:
Zu’ama’ Al-Ishlah fi Ashr Al-Hadits.
Tayarot Fikri Islami
At thoriq Ila Yaqozoh Islamiyah
Al-Islam Wa At Tahadiyat Al Hadhori
Al-A’mal Al-Kamila Lil Imam Asy-Syekh Muhammad Abduh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar