Akhirnya usiaku sudah menginjak usia ke 20. Dimana aku sudah mulai menginjak usia kepala dua. Usia dimana seharusnya aku sudah mulai melakukan hal-hal besar. Kalian pasti mengenal Sultan Muhammad Al-Fatih. Diumurnya yang ke 21 dia sudah mampu menaklukkan konstantinopel.
Memang tidak sepantasnya saya di samakan dengannya. Tapi saya setidaknya ingin bercermin dari orang-orang hebat seperti dia. Entah itu bagaimana aku menjadi seorang yang bermanfaat bagi sesama. bagiamana nantinya aku menyambut sebuah kematian. Dan lain-lain. Mungkin bagi sebagian orang pemikiranku ini terlalu jauh. Namun menurutku hal ini sangat penting. Karena sesungguhnya 20 tahun bukanlah usia muda lagi. Di usia 20 tahun ini gebrakan apa yang telah saya buat. Ada juga prestasi-prestasi hebat yang telah saya buat. Tapi setidaknya jangan dulu cepat berpuas hati. Selain itu juga usia ku berkurang dan 20 tahun sudah aku berjalan menuju kematianku.
Tiba-tiba benak ku bertanya apa saja yang kudapat selama ini yang sudah konkrit dan konsisten aku lakukan? dan setelah lama berpikir dan mengingat-ingat aku masih ragu menyebutkan satupun hal yang sudah konkrit. Dikarenakan dosa-dosa hambanya yang hina ini dan semoga saja aku tak mati dalam keadaan su’ul khotimah. Tak lupa cita-citaku menguasai bahasa arab dan inggris. Menghapal alquran alhamdulillah sudah. Belajar hukum islam di universitas Al-azhar sedang di tempuh. Mendapatkan nilai mumtaz di ataupun jayyid jiddan. Terus tinggal di darul iftah sambil nulis tesis politik islam. Dan tidak lupa menikah. Sibuk belajar bukan berarti tidak meluangkan waktu untuk inikan. Apalagi ini masalah menyempurnakan separuh agama. Dan wanita yang kuimpikan sebenarnya sederhana. Dimana yang terpenting itu adalah kesamaan prinsip dalam masalah agama. Oh.. Iya. Mungkin ini ambisi terakhirku. Aku ingin mendirikan khilafah islamiyah di bumi ini. Untuk itulah saya ingin istri yang se-prinsip dalam masalah agama dengan saya. Dengan begitu ia bisa Membantuku juga.
11 Agustus 2017 (recovery)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar