Selasa, 01 Mei 2018

Hari Buruh, Komunis, Demokrasi, dan Islam

Sebagai penikmat buku-buku paham kiri (komunis-sosialis) saya tergugah untuk menuliskan ihwal tentang Hari Buruh internasional. Dimana tanggal 1 Mei dinobatkan sebagai hari peringatannya. Saya rasa ini menarik sekali. Hari Buruh, Komunis, Demokrasi, dan Islam.

1. Buruh

“Buruh” seperti dijelaskan dalam Wikipedia, berarti: manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainnya kepada pemberi kerja atau pengusaha atau majikan.

Buruh identik dengan gerakan-gerakan reformasi kaum kiri. Sebagai bukti konkrit lambang kaum kiri adalah palu arit dan celurit. Melambangkan pekerja kasar dan petani. Dan lokomotif terbesar dalam proses revolusi Rusia yang dikenal dengan “Revolusi Bolshevik” adalah kaum buruh. Sebagai pertanda bangkitnya Uni Soviet dengan paham komunis.

Itulah sebab negara-negara yang haluannya bersebrangan dengan kaum kiri (Komunisme, red) contohnya demokrasi sangat mengekang dan bersikap awas terhadap para buruh. Kemerdekaan mereka diambil dan dipekerjakan oleh “kaum borjuis” dimana mereka ini berkuasa penuh dan diuntungkan dalam sistem demokrasi kapitalisme.

Sehingga dengan ditetapkan 1 Mei sebagai Hari buruh tentu memiliki dampak tersendiri demi kesejahteraan kaum buruh.

2. Komunis dan Demokrasi

Sistem komunis lebih condong kepada pemerataan ekonomi sedangkan demokrasi lebih cenderung mengeruk kekayaan tanpa batas. Sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Sebagai sebuah ideologi pemerintahan komunis dengan sistem ekonomi sosialis, maka tentu saja sistem ini bertentangan dengan ideologi pemerintahan demokrasi dengan sistem ekonomi kapitalis. Belum lagi perbedaan mencolok demokrasi menjunjung tinggi liberalisme dan kebebasan pers yang bertolak belakang dengan komunis. Membuat keduanya saling bersebrangan dalam segala hal dan sempat bersitegang hampir setengah Abad lebih berebutan pengaruh di dunia ini.

Untuk memetakan saya beri gambaran umum antara demokrasi dengan sistem ekonomi kapitalisnya dan komunis dengan sistem ekonomi sosialisnya. Saya misalkan seperti ini:

“Ada dua desa. Dan satu-satunya akses pertemuan kedua desa ini adalah sebuah jembatan. Tapi seiring waktu jembatan ini hancur. Pertanyaannya bagaimana kedua sistem tadi dalam membangun jembatan yang rusak?

Kalau kita pakai sistem demokrasi ekonomi kapitalis maka ada sekelompok Borjuis (perusahaan/orang kaya, red) yang membangun jembatan tersebut. Tidak tanggung-tanggung, tanah pinggirannya juga digarap untuk memperindah jembatan. Tapi bila jembatan sudah jadi jembatan akan “dikomersialkan” dan setiap yang lewat harus membayar. Contoh jembatan Suramadu.

Kalau kita menerapkan sistem komunis dengan ekonomi sosialis maka yang dilakukan tiap-tiap kepala keluarga dari kedua desa mengumpulkan dana misalnya Lima Puluh Ribu sesuai dengan anggaran sederhana pembangunan jembatan. Ketika sudah jadi maka jembatan itu milik bersama dan setiap orang bebas melewatinya."

Dari paparan sederhana itu kira-kira mana sistem paling baik?

Setelah runtuhnya Komunis diakhir Abad ke-20 otomatis tidak adalagi saingan sistem demokrasi yang dipelopori Amerika Serikat. Dan satu-satunya ancaman terbesar setelah runtuhnya komunisme adalah “Islam.”

Kenapa saya memakai tanda kutip? Karena tidak semua penganut Agama Islam adalah musuh bagi Amerika. Selama mereka sejalan dengan kebijakan dan aturan main Amerika Serikat maka mereka aman.

Terus Islam seperti apa yang dianggap musuh oleh Amerika Serikat?

Yaitu penganut Islam yang berusaha membangun Islam lebih dari sekadar Agama. “Islam adalah tanah air, kebangsaan dan Negara.”  Slogan inilah momok menakutkan bagi Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya untuk menjauhkan kita dari politik. Sehingga tidaklah hiperbolis jika saya anggap bahwa kejadian  11 September 2001, adalah hal yang  dikonspirasikan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Bahwa Uni Soviet telah kalah pada Abad 20. Dan memaklumkan perang diawal dekade Abad 21 kepada Umat Islam. Penganut Agama Islam diwacanakan sebagai sebagai Agama teroris. Tentunya perang yang dilancarkan dengan cara berbeda. Ghozwullfikr (perang pemikiran).

3. Komunisme, Demokrasi dan Islam

Dalam sejarah Indonesia kita tercinta tampaknya ada Disconnection antara anak bangsa dan paham komunis paska tragedi G30S/PKI. Ditambah lagi anggapan bahwa  komunisme anti Agama dan Atheis.

Memang benar dalam prinsipnya Komunis tidak percaya akan Agama. Tapi tidak melarang Agama. Buktinya PKI (Partai Komunis Indonesia) dasar fraksinya adalah Sarekat Islam pimpinan Musso, Syafruddin Prawiranegara, Semaun, adalah tokoh-tokoh yang dikenal sebagai Muslim. 

Dan dalam sejarah Indonesia, Uni Soviet sebagai kiblat Komunisme turut andil membantu Indonesia dalam pembebasan Irian Jaya Barat. Yang ketika itu masih dikuasai Belanda dengan akomodasi lansung dari Amerika Serikat. Dan hal ini menjadi sebab Ir. Soekarno begitu meng-anakemas-kan PKI. Dan menjadi sebab juga Indonesia satu-satunya negara yang keluar dari PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa). Karena tidak sepantasnya dalam Perang Dingin ketika itu PBB ditempatkan di Amerika Serikat yang tidak lain pihak yang berkonfrontasi lansung dengan Uni Soviet.

Selain itu yang patut disayangkan muncul “anekdot-anekdot”  dan interpretasi(penafsiran ulang) berlebihan bahwa Demokrasi sejalan dengan Islam dan menganggap Komunis adalah pilihan yang salah.

Kalau kita merunut lebih jauh memang benar dalam demokrasi sejalan dengan Islam “tapi” tidak semua. Sama kedudukannya dengan Komunis. Mau bukti?

Dalam karya Magnum Opus Ahmad Mansur Suryanegara dengan judul Api  Sejarah ada sebuah Hadis Mauquf (Disandarkan pada sahabat) secara literal seperti ini:

“Khalifah Umar Ra berjalan-jalan di kota Madinah dan menemukan sebuah lahan kosong yang tidak dipergunakan. Khalifah kemudian menanyakan siapa pemilik lahan ini. Fulan mengatakan ini milik Fulan. Khalifah mendatangi Si Fulan dan menanyakan perihal lahan kosong itu. Ternyata Si Fulan tidak ingin memakai lahannya karena hanya membutuhkan sekian persegi saja untuk kambing-kambingnya merumput. Atas insiatif Umar Ra maka tanah itu disita dan dimasukkan sebagai milik Negara.”

Dari sini kita bisa melihat Wajhdilalah dari Hadis di atas. yang sejalan juga dengan sistem komunis dimana segalanya adalah milik negara dan dipergunakan untuk kemajuan negara.

Jadi harus dibedakan antara komunis dan atheis. Paradigma masyarakat umum menganggapnya sama saja, tapi itu dua hal yang jelas berbeda, seperti jelasnya antara siang dan malam. Dan apapun isme-isme yang berkembang di dunia semuanya memiliki kesamaan dengan Islam kalau kita mau reinterpretasi lebih jauh walaupun itu harus mengorbankan makna aslinya.


Tapi bukan berarti adanya kecocokan suatu isme/paham tidak berarti mengunggulkan dari paham Islam yang sebenarnya. Kalau bisa memilih Islam sebagai ideologi pemerintahan yang lebih sempurna dari demokrasi dan komunis, mengapa kita menolak sistem itu (khilafah, red)?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar